18 Kiat Menulis Haruki Murakami
Haruki Murakami adalah seorang penulis Jepang. Novel, esai, dan cerita pendeknya telah menjadi buku terlaris di Jepang dan juga internasional. Karyanya diterjemahkan ke dalam 50 bahasa dan terjual jutaan kopi di luar Jepang. Dia telah menerima banyak penghargaan untuk karyanya, termasuk Gunzou Prize for New Writers, World Fantasy Award, Frank O'Connor International Short Story Award, Penghargaan Franz Kafka, dan Penghargaan Yerusalem.
Ia menerbitkan novel pertamanya Hear the Wind Sing (1979) setelah bekerja sebagai pemilik sebuah bar jazz kecil selama tujuh tahun. Karya-karyanya yang terkenal termasuk novel Norwegian Wood (1987), Kronik Burung Pegas (1994–95), Kafka on the Shore (2002), dan 1Q84 (2009–10), dengan 1Q84 menduduki peringkat sebagai karya terbaik Jepang era Heisei (1989-2019) oleh surat kabar nasional Asahi Shimbun's survei ahli sastra. Karyanya mencakup genre fiksi ilmiah, fantasi, dan fiksi kriminal, dan telah dikenal karena penggunaan elemen realis magis.
Murakami mulai menulis fiksi sejak berumur 29 tahun. "Sebelum itu", ujarnya, "Saya belum pernah menulis apapun. Saya hanya orang biasa. Saya menjalankan bisnis club jazz, dan saya tidak pernah membuat apa pun. Dia terinspirasi menulis novel pertamanya, Hear the Wind Sing (1979), ketika sedang menonton permainan baseball. Pada tahun 1978, Murakami sedang berada di Stadium Jingu menonton pertandingan antara Yakult Swallows dan Hiroshima Carp ketika Dave Hilton, pemain baseball asal Amerika, memukul bola. Berdasarkan cerita yang sering diceritakan, saat Hilton memukul double secara cepat, Murakami secara langsung menyadari bahwa dia dapat menulis novel. Dia pulang ke rumah dan mulai menulis pada malam harinya. Murakami menulis Dengarlah Nyanyian Angin selama beberapa bulan setelah beberapa goresan di bar. Dia menyelesaikan novel pertamanya dan mengirim novel tersebut hanya pada kontes literatur, lalu menang dengan juara pertama.
Haruki Murakami dipengaruhi oleh penulis barat, tidak seperti penulis-penulis Jepang yang lainnya. Walaupun dia juga mencoba untuk menyajikan warisan Jepang dalam setiap bukunya. Setiap tulisannya menggunakan narative orang-pertama untuk menolong pembaca supaya mengerti masalah yang dihadapi oleh proantagonis. Dia mengatakan itu karena baginya keluarga berperan penting dalam literatur tradisional Jepang, setiap karakter utama yang mandiri menjadi manusia yang menghargai kebebasan dan kesendirian melebihi keakraban.
Untuk merayakan ulang tahun Murakami yang ke-70, Emily Temple mengkoleksi beberapa nasihat menulis dari Murakami sebagai berikut:
Membaca
Ambil kata-kata lama dan buat menjadi baru
Jelaskan diri Anda dengan jelas
Bagikan mimpimu
Menulis untuk mencari tahu
Timbun bahan-bahan untuk dimasukkan ke dalam novel Anda
Kegiatan repetitif bisa membantu
Fokus pada satu hal pada satu waktu
Kembangkan daya tahan
Bereksperimenlah dengan bahasa
Punya kepercayaan diri
Tulis dari sisi telur
Amati duniamu
Cobalah untuk tidak menyakiti siapa pun
Ajak pembaca Anda dalam sebuah perjalanan
Menulis untuk mencerahkan umat manusia
Tidak peduli apa, semuanya harus dimulai dengan bakat. . .
. . . kecuali Anda bekerja sangat keras!
Mau Tulisanmu Kami Muat?
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Puisi-Puisi Nyayu Agustina: Januari Yang Mengeras
Pada Januari yang mengeras
Bayi kecil baru saja
Mendapat mandat Tuhan
Untuk mengecap dunia
Di luar rahim Ibunya
Tapi kamu
Mengunci pintu rapat-rapat
Tuk sekali kulihat
Cerpen – Love, Worst Life, and the Final Perfect Life
Bagaimana pun juga, aku layaknya sebuah kutukan.
Ditakdirkan untuk terus sendiri.
Resensi Buku – Ikan Kecil, Ossy Firstan
Sebelum menapaki hidup baru, pernahkah terlintas pertanyaan dalam benakmu, bagaimana jika apa yang kau harapkan tidak sesuai dengan kenyataan? Apakah kau sudah siap untuk menghadapinya?
Cerpen – The Van Girls
Memaafkan, melupakan, melanjutkan — seberapa banyak dari kita yang benar-benar mampu melakukannya?
Cerpen – Perempuan yang Berteman dengan Gelombang
Oleh orang tuaku, aku diberi nama Indri Natia Kalinda. Menurut mereka namaku bermakna, “Sebuah harapan indah yang menyerupai lautan”.
Cerpen – Skandal Jepit
“Anak-anak diingatkan, Bu! Biar gak jahil sama temannya, diajarkan etika, Bu! Ajarkan juga kalau mencuri itu dosa,” lanjutnya, dia terus mendikteku, menginterogasiku,