
Cerpen – Love, Worst Life, and the Final Perfect Life
Bagaimana pun juga, aku layaknya sebuah kutukan.
Ditakdirkan untuk terus sendiri.
Bagaimana pun juga, aku layaknya sebuah kutukan.
Ditakdirkan untuk terus sendiri.
Sebelum menapaki hidup baru, pernahkah terlintas pertanyaan dalam benakmu, bagaimana jika apa yang kau harapkan tidak sesuai dengan kenyataan? Apakah kau sudah siap untuk menghadapinya?
Memaafkan, melupakan, melanjutkan — seberapa banyak dari kita yang benar-benar mampu melakukannya?
Oleh orang tuaku, aku diberi nama Indri Natia Kalinda. Menurut mereka namaku bermakna, “Sebuah harapan indah yang menyerupai lautan”.
“Anak-anak diingatkan, Bu! Biar gak jahil sama temannya, diajarkan etika, Bu! Ajarkan juga kalau mencuri itu dosa,” lanjutnya, dia terus mendikteku, menginterogasiku,
Nyatanya semangat untuk sehat dan sembuh sudah membuncah dalam diriku dan mempengaruhi banyak keputusan yang aku buat selama ini.
pada saat itu ia memilih cinta, tapi semuanya terbukti sia-sia: jantungnya hampir berhenti atau berdetak terlalu cepat ketika melawan kedatangan yang mematikan dari senja setiap hari.
Aku harus memutar ke Talca di mana mereka tumbuh begitu luas, sungai-sungai Maule yang tenang itu, aku tertidur di atas kapal dan menuju ke Valparaiso.
Aku mencintaimu, aku mencintaimu paru-paruku, Aku mencintaimu, aku mencintaimu buah anggur liarku, dan jika cinta itu seperti anggur: kau adalah kesukaanku
Di jalan Santiago seorang pria telanjang hidup selama bertahun-tahun, ya, tanpa mengikat ikat pinggang, tidak, ia tidak pernah berpakaian, tapi ia selalu memakai topi.
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Copyright © 2022. All rights reserved.