Lokasi
Salatiga, Jawa Tengah
Hub Kami
+62 851 5645 7536
Salatiga, Jawa Tengah
+62 851 5645 7536
NAMAKU Anisa. Dulu saat SD, aku mengikuti olimpiade Matematika di kota Semarang. Tapi aku kalah. Waktu itu aku sangat kesal. Kenapa aku bisa kalah! Lagi-lagi yang menang Muhammad! Aku langsung pulang dan mengurung diri di kamar. Waktu itu aku sangat jengkel dan ingin meluapkan kekesalanku tapi entah pada siapa.
Setelah beberapa bulan, aku kembali bertekad dan memutuskan untuk lebih giat belajar. Semester depannya ada olimpiade lagi di Yogyakarta. Aku sudah mengerti tipe soal di olimpiade di Semarang sebelumnya sehingga merasa lebih siap.
Aku dan Muhammad sama-sama sekolah di kota Salatiga, tapi beda sekolah. Kami adalah siswa andalan kota Salatiga. Setiap semester, kamilah yang diminta maju di setiap olimpiade matematika mewakili kota Salatiga.
Sayangnya di olimpiade Yogyakarta aku gagal lagi menduduki posisi juara pertama. Aku hanya mampu menjadi juara kedua. Juara pertama lagi-lagi dimenangkan oleh Muhammad. Sedangkan peringkat ketiga diraih oleh siswa dari Yogyakarta.
Ketika menerima piala di atas podium, aku sempat teralihkan oleh siswa yang menjadi juara ketiga di sampingku. Siswa itu sujud syukur dan tampak bersukacita. Siswa itu juga langsung memeluk ibunya dan mempersembahan piala itu padanya. Padahal dia hanya juara tiga, sementara aku juara dua.
Waktu itu seketika aku hanya terdiam. Aku merasa malu. Aku tersadar bahwa selama ini aku terlalu fokus mengejar juara pertama sampai-sampai lupa bersyukur. Aku mestinya bersyukur karena bisa mengikuti olimpiade yang tidak semua siswa di kotaku mampu.
Waktu itu aku masih ingat Muhammad berkata padaku, “Menjadi juara pertama bukan berarti menjadi yang terbaik. Olimpiade ini hanya untuk menilai kompetensi. Ketika ada aku di olimpiade, juri selalu bilang bahwa juara 1 sudah bisa ditebak. Terkadang itu membuatku terbebani. Akhirnya aku tidak mengejar juara supaya bisa lebih rileks. Aku hanya berusaha maksimal. Ketika usaha sudah maksimal, maka apa pun hasilnya aku sudah menjadi juara.”
Sejak saat itu, aku belajar banyak makna hidup. Hidup memberikan banyak pelajaran bagi orang yang telah mengalami rasa sakit perjuangan hingga mampu berdiri tegak karena berhasil melawan semua kesulitan. Tak ada yang tiba-tiba, segala sesuatu diraih dengan perjuangan. Jika hanya berdiam diri maka yang kita peroleh hanyalah kemustahilan. Jika kita melihat seseorang yang hidupnya sudah damai, mereka adalah orang-orang yang sudah pernah berjuang. Apa pun hasilnya, kita hanya butuh untuk berjuang dan tidak kalah pada rasa malas. Apa pun hasilnya, kita harus mensyukurinya, karena bukan hasilnya yang penting, tapi proses menuju hasil tersebutlah yang penting. Karena di dalam perjalanan itu, kita bisa menemukan banyak pelajaran. Keberhasilan dan kemenangan hanyalah bonus untuk kita. Kita semua hebat jika tak berhenti berjuang.
Jadi, jangan malas belajar ya anak-anak. Jangan seperti ibu dulu yang hanya fokus mengejar peringkat tapi lupa bersyukur.
~~
Ibu menteri pun mengakhiri sambutannya di pembukaan olimpiade fisika di sekolahan kami. Bu Anisa adalah menteri idolaku. Ia cantik dan cerdas. Suatu hari nanti, aku ingin menjadi seperti dia.
*Cerita ini merupakan tulisan siswa Cirro Cumulus School of Life Lebah Putih Salatiga dalam proyek menulis buku bertema petualangan pada tahun ajaran 2021-2022. Seluruh ide cerita dan gambar merupakan karya orisinil penulis. Pendampingan penulisan dan editing berkerjasama dengan komunitas lintasastra.
Nama saya Nafisah Rusmita Cindy. Saya lahir tahun 2009 tanggal 20 Desember, di Magersari. Saya berumur 12 tahun. Sekarang saya kelas 6 SD di School of Life Lebah Putih Salatiga. Hobiku adalah menggedit foto dan sampai sekarang saya masih melakukannya.
Bagikan tulisan ini:
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Copyright © 2022. All rights reserved.