Lokasi
Salatiga, Jawa Tengah
Hub Kami
+62 851 5645 7536
Salatiga, Jawa Tengah
+62 851 5645 7536
PADA suatu hari, ada seekor kadal dan kucing. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Mereka sangatlah akur dan tidak pernah bertengkar. Di dalam kesehariannya, mereka berdua selalu bersama. Setiap ada masalah mereka saling membantu. Ketika Kucing sedang ada kesulitan, Kadal akan selalu siap membantunya. Begitu juga sebaliknya ketika Kadal sedang dalam bahaya, Kucing akan selalu datang untuk membantu menyelamatkannya.
Di suatu pagi hari yang cerah, Kadal keluar dari balik batu untuk mencari makan. Kucing yang sedang tiduran di atap genting melihat Musang sedang mengendap-endap ke arah Kadal. Dengan sigap Kucing langsung loncat mengusir Musang. Melihat keberadaan Kucing akhirnya Musang pun pergi meninggalkan Kadal.
“Untuk ke depannya, kalau kamu ingin keluar atau berpergian, kamu harus memberitahuku supaya aku bisa melindungimu,” kata kucing.
“Baiklah. Mari kita pergi. Sepertinya daerah ini sudah tidak aman,” ajak Kadal.
Kadal pun berjalan tepat berada di balakang sahabatnya. Ia sudah tidak tahu lagi mau pergi ke mana. Dia percayakan semua kepada sahabatnya Kucing. Mereka harus terus berpindah-pindah tempat. Hampir setiap minggu mereka harus mencari tempat baru yang aman untuk bermain.
Sesampainya di sebuah batu besar, Kucing mengajak kadal untuk beristirahat sejenak.
“Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Kadal.
“Kita istirahat dulu di sini. Aku lelah.” Kucing langsung tiduran di atas batu sambil menjilati bulu-bulunya yang halus dan tebal.
Keesokan harinya, Kucing dan Kadal bertemu di sekolah.
“Besok kita filtrip ke air terjun. Semua anak kelas 4 harus ikut.”
“Wahh asik. Pasti seru! Aku mau pinjam koper dulu ke nenek. Besok kita ketemu lagi ya.” Kadal begitu antusias.
“Oke. Bye, sampai ketemu besok.” Kucing melambaikan tangan.
Keesokan harinya,
Hemm kok kadal belum datang ya? Apa dia gak ikut?
“Bu. Kok, kadal gak ada?” tanya Kucing khawatir.
“Oh iya. Dia ijin sakit,” jawab Guru.
“Sakit apa, Bu?”
“Anemia.”
“Apa itu Anemia?” Kucing penasaran.
“Anemia itu masalah kesehatan yang terjadi saat jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah normalnya. Kadal sering begadang, ya?” tanya Guru.
Kucing mencoba mengingat-ingat, “Iya, Bu. Kadal sering tidur larut malam.”
“Nah, begadang itu bisa menyebabkan hormon dan produksi sel darah merah terganggu akibat metabolisme tubuh tidak seimbang. Malam itu waktunya kita istirahat. Biarkan sel-sel dalam tubuh kita beregenerasi. Supaya tubuh kita sehat.”
“Iya, Bu.” Kucing mengangguk tanda mengerti.
“Sekarang ayo kita masuk ke bus,” ajak Guru.
Belum ada 10 menit bus berjalan, Kucing sudah merasa bosan karena Kadal tidak ada. Teman-teman lainnya mendekat ingin menghibur Kucing, tapi Kucing malah merasa terganggu.
“Tinggalkan aku sendirian.” Kucing membuang muka ke luar jendela.
Mereka pun meningalkan Kucing sendirian.
Setelah setengah hari perjalanan, akhirnya mereka sampai, “Ye, kita sampai.” Siswa lain teriak heboh.
Tapi Kucing masih termenung dan tidak terpengaruh oleh keindahan tempatnya.
Sampailah mereka di penginapan. Semua siswa memilih kamar tidur mereka masing-masing. Setelah menaruh barang-barang di kamar, mereka berencana keluar untuk main, “Ayo main keluar,” ajak salah satu siswa.
“Tidak. Aku sedang malas.” Kucing menjawab ketus.
“Hemm kasian ya kucing. Sahabatnya tidak ikut,” bisik salah satu siswa.
“Kucing ayo kita makan. Kamu harus makan.”
“Nanti,” jawab Kucing malas.
Siswa pun selesai makan. Mereka meninggalkan makanan di dekat Kucing. Siapa tahu nanti ia mau makan.
“Nanti setelah kamu makan, kita renang yuk,” ajak salah satu siswa.
“Iya. Nanti aku menyusul,” kata Kucing.
Semua siswa pun turun dari penginapan menuju kolam renang.
Tak lama kemudian, Kucing ikut turun. Sepertinya ia tidak menghabiskan makannnya. Ia pun langsung masuk ke kolam renang. Tapi Kucing hanya berdiam diri di pojok.
“Kucing. Ayo ke tengah. Mainan sama kita. Kamu kenapa sih. Namanya juga sakit. Biarin Kadal istirahat di rumah,” kata salah satu siswa.
Kucing pun tiba-tiba emosi, “Dia itu sahabatku dari kecil. Aku tidak bisa senang-senang di sini sementara sahabatku sedang sakit di rumah!” bentak Kucing.
”Huh, gitu aja marah. Nyebelin.” Siswa lain pun menjauh.
Lama kelamaan, Kucing merasa bosan.
“Ini semua gara-gara aku. Aku ngajak main Kadal sampai malam hampir tiap hari. Pasti dia kecapekan,” batin Kucing di bus saat perjalanan pulang.
Semua rombongan sampai di sekolah jam 8 malam.
“Bagaimana filtrip-nya? Serukan?” Ibu Kucing membuka pintu.
“Tidak, Bu. Soalnya tidak ada Kadal sahabatku.” Kucing pun memeluk ibunya dan menangis.
“Emang Kadal kenapa?” tanya Ibu Kucing.
“Sakit anemia.” Kucing sesenggukan.
“Tenanglah. Kadal pasti cepat sembuh.” Ibu Kucing mencoba menenangkan.
Keesokan harinya di sekolah,
“Hai. Kamu sudah sembuh?” Kucing berlari menghampiri Kadal yang sedang duduk di tangga.
Tapi Kadal hanya terdiam.
“Dia pasti sedang marah,” batin Kucing.
Bahkan saat istirahat Kadal makan bersama siswa lain.
Saat pulang, Kucing berniat meminta maaf pada Kadal. Tapi saat bertemu Kadal di perjalanan, tiba-tiba Kadal bilang, “Ibuku bilang, kita tidak boleh berteman lagi. Saat main denganmu aku sering lupa waktu. Akhirnya aku sakit kemarin.”
“Aku minta maaf. Aku tidak akan mengajakmu main sampai malam lagi. Aku tidak akan lupa waktu lagi. Aku akan menjaga kesehatanmu. Aku minta maaf. Aku tidak punya teman lain.” Kucing pun sedih karena merasa bersalah.
Kadal merasa kasihan melihat sahabatnya menangis di depannya. “Baiklah. Aku akan bilang pada ibu kalau kita tidak akan bermain sampai lupa waktu lagi, supaya kita tetap bisa berteman.”
Sesampainya di rumah, Kadal langsung meminta ijin ke ibunya. Kadal gembira karena ibunya mengijinkan untuk bisa tetap berteman dengan Kucing.
Keesekan harinya di sekolah,
“Ayo ke kantin,” ajak Kucing.
“Ayo. Hemm makan apa ya,” kata Kadal sambil membayangkan makanan di kantin.
Sesampainya di kantin,
“Aku punya rencana. Besok kita belajar di rumahku, yuk,” ajak Kadal.
“Ok.” Kucing langsung setuju.
Keesokan harinya,
“Kita mau belajar apa?”tanya Kucing.
“Matematika dan IPS. Soalnya aku masih kesulitan,” jawab Kadal.
Beberapa saat kemudian,
“Anak-anak. Ini ibu kasih Kiko beku.” Ibu kadal masuk ke kamar membawa nampan.
Kucing pun menunduk takut. Ia masih merasa bersalah pada Kadal. Tapi ia berusaha memberanikan diri untuk minta maaf, “Ibu Kadal. Aku minta maaf karena sering mengajak main Kadal sampai lupa waktu.”
Ibu Kadal pun tersenyum, “Baiklah. Sekarang kalian kurangin mainnya ya. Kalian sebentar lagi kan mau lulus.”
Hati Kucing pun lega karena Ibu Kadal tidak marah. Mereka pun lanjut belajar.
“Cara menghitung keliling lingkaran itu gimana ya?” tanya Kadal bingung.
“Cari dulu yang diketahui diameter lingkaran atau jari-jari?”
“Di sini adanya jari-jari.”
“Berarti pakai rumus 2πr,” jawab Kucing mantap.
“Eh, besok ada tes kan,” tanya Kadal.
“Iya. Kata Bu Guru kemarin sih iya. Tenang aja. Kita kan sudah belajar.” Kucing mencoba menenangkan Kadal yang mulai panik.
Keesokan harinya,
“Ok anak anak. Keluarkan selembar kertas. Hari ini kita akan tes Matematika.”
“Huaaa ….” Semua siswa mengeluh.
Selama tes berlangsung, Kadal melihat teman-teman lain sedang menyontek. Ada yang menaruh buku di laci. Ada yang menyimpan sobekan kertas di saku.
“Heh teman-teman. Kalian gak boleh nyontek. Itu curang namanya.” Kadal setengah berbisik.
“Emang kenapa? Gak terima? Kan yang penting ngerjain. Bodo amat,” jawab salah satu siswa.
“Huh iya. Kan kamu udah pintar. Kita kalau gak nyontek mana bisa ngerjain,” bela siswa lain setengah berbisik.
“Ini bukan masalah pintar apa enggak. Kalau kita belajar pasti bisa mengerjakan.” Kucing membela Kadal.
“Stt.. Tidak boleh bekerjasama.” Bu Guru menyuruh semuanya diam.
Kadal dan Kucing mau melaporkannya pada Bu Guru bahwa teman-teman lain mencontek, tapi mereka tak mau membuat masalah. Mereka memilih diam. Yang penting mereka tidak ikut mencontek.
Kadal dan Kucing pun jadi sering belajar bersama hingga mereka lulus. Setelah lulus, mereka terpisah karena beda sekolah dan beda kota.
3 tahun kemudian Kucing masuk universitas negeri.
Saat masa ospek, ada satu mahasiswa yang disuruh berdiri di atas panggung.
“Kadal?” Di kejauhan, Kucing terkejut saat melihat Kadal berdiri di atas panggung.
Setelah Kadal turun dari panggung, Kucing langsung lari ke arah Kadal. “Selama ini aku merindukan kamu, akhirnya kita ketemu lagi.” Kucing langsung memeluk Kadal.
“Kamu juga kuliah di sini?” Kadal terkejut.
“Iya,” jawab Kucing senang.
“Teman-teman. Hari ini kita ada lomba kelompok mengambil sampah. Kita akan mengitari kota sekitar kampus. Yang paling banyak mengumpulkan sampah akan dapat kejutan hadiah.” Mahasiswa senior memberi pengumuman dari atas panggung.
“Kita satu tim?” tanya Kucing.
“Iya. Nomor kita berurutan. Kamu kelompok 13. Aku kelompok 12. Kita jadi satu tim.” Kadal terkejut.
1 2 3 GOO!
Mereka pun jalan bersama keliling kota seperti dulu ketika masih bersama-sama.
“Kita besok ada pidato ketua kelompok. Kelompok yang pidatonya terbaik akan mendapat hadiah besar,” kata Kucing.
“Tapi aku tidak bisa pidato.”
“Nanti aku ajari. Awalnya itu salam pembuka, lalu sapaan, lalu ucapan syukur lalu isi lalu penutup.”
“Banyak banget. Bingung aku nanti.” Kadal mulai khawatir.
“Tenang. Nanti aku ajarin di rumah.” Kucing mencoba menenangkan.
Mereka pun belajar bersama lagi seperti masa-masa mereka bersama dulu.
*Cerita ini merupakan tulisan siswa Cirro Cumulus School of Life Lebah Putih Salatiga dalam proyek menulis buku bertema petualangan pada tahun ajaran 2021-2022. Seluruh ide cerita dan gambar merupakan karya orisinil penulis. Pendampingan penulisan dan editing berkerjasama dengan komunitas lintasastra.
Halo teman-teman, namaku Dimas Prasetya Pratama. Aku lahir di kota Salatiga tepatnya tanggal 17 Desember 2009. Hobiku bermain sepak bola, main game, makan, dan membaca.
Bagikan tulisan ini:
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Copyright © 2022. All rights reserved.