The Blue Horizone

HALO! Perkenalkan namaku Hiro Aktsuki. Sekarang umurku 17 tahun. Adikku Kira Akatsuki. Umurnya sekarang baru 13 tahun. Dia itu jago kandang. Hobinya teriak-teriak kalau di dalam rumah, tapi kalau di luar rumah mlempem. Kami adalah anak yatim piatu. Ayah Ibu kami meninggal dalam kecelakaan 5 tahun silam. Praktis aku sekarang hanya tinggal bersama adikku di sebuah kontrakan kecil. Kehidupan kami yang pas-pasan membuat aku harus kerja sampingan sepulang sekolah.

Kira tidak mau sekolah karena trauma. Dia penah dibully oleh teman-temannya karena dia anak yatim piatu dan miskin. Karena trauma kami pun terpaksa pindah ke Singapura. Kira sebenarnya adalah anak yang periang tapi setelah kedua orangtua kami meninggal, ia jadi sering minder.

Suatu hari, di saat kami sedang makan siang di kontrakan, kami melihat berita yang melaporkan bahwa ada kekacauan di kota. Ada portal aneh yang terbuka di alun-alun. Tidak hanya satu, tapi ada di pelbagai belahan dunia. Tak lama kemudian kami merasakan adanya gempa bumi yang begitu dahsyat. Aku menarik tangan Kira dan segera berlari keluar rumah karena takut bangunan roboh.

Kira berteriak saat melihat langit. Aku pun mendongak dan hanya bisa terperangah. Di belakang kami rumah kontrakan kami telah roboh. Tepat di atas kami ada sebuah portal yang terbuka. Portal itu mengeluarkan monster raksasa. Ketika monster itu jatuh ke tanah, ia menghisap apa pun yang ada di depannya. Orang-orang histeris dan berlarian ke sana ke mari. Suasana menjadi sangat kacau.

Aku dan Kira pun berusaha berlari menyelamatkan diri. Tak jauh dari kami, pasukan tentara dari pemerintah sedang melakukan evakuasi.

“Itu pasukan Knight.” Kira berteriak.

Aku hapal seragam pasukan khusus itu karena aku sudah lama ingin menjadi anggota pasukan Knight. Dari kejauhan terdengar teriakan, “Knight 1 bersiap lepas landas! Masukkan warga ke dalam Mecha! 1 2 3, luncurkan!”

Mecha adalah sebuah pesawat khusus yang didesain oleh pasukan Knight. Aku menarik tangan Kira menuju pesawat itu. Tapi pada saat akan memasuki pintu Mecha, pegangan tanganku terlepas karena Kira terjepit kerumunan. Ketika aku sadar kehilangan pegangan tangan Kira, tubuhku sudah ditahan oleh tentara pasukan Knight. Aku memberontak sekuat tenaga tapi tenagaku tak sebanding dengan tubuh besar pasukan Knight.

”Ayo, cepat masuk!! Sudah tidak ada waktu lagi!!” teriak salah satu pasukan.

“Adikku masih ada di bawah!“ Aku masih mencoba meloloskan diri.

Mereka tidak peduli karena sudah sangat terdesak. Pilot langsung menutup pintu. Aku hanya duduk terdiam. Tidak bisa berbuat apa-apa. Salah satu penumpang memungut buku gambar di bawah kakiku dan menyodorkannya padaku. Itu adalah buku gambar milik Kira. Aku langsung berlari menuju jendela. Di luar, monster raksasa itu melahap pepohonan dan orang-orang yang tertinggal. Aku hanya bisa menangis dan memukul-mukul jendela kaca pesawat, “Turunkan aku! Adikku masih di luar! Tolong keluarkan aku! Aku mohon.” Akhirnya salah satu pasukan Knight menyemprotkan asap bius ke hidungku supaya aku tenang. Saat aku sadar, aku sudah berada di markas pasukan Knight.

Selama 5 tahun aku dilatih oleh pasukan Knight untuk menjadi pilot Mecha. Tugas pertamaku adalah membawa 30 pasukan Knight untuk menyelamatkan penduduk Malaysia. Ada ribuan orang yang bertahan selama 5 tahun di menara kembar Petronas. Menara ini dulunya adalah bangunan tertinggi di dunia sebelum ada Burj Khalifa. Dengan ketinggian 452 meter, bangunan ini memiliki 32.000 jendela, 40 lift dan 20 eskalator.

“Ah. Aku rindu Ayam Percik dan Nasi Lemak,” kata kopilotku dengan aksen melayunya sambil memegang perutnya yang mulai membuncit

Kopilotku adalah orang keturunan India, tapi keluarganya sudah menetap lama di Malaysia. Ia diselamatkan oleh pasukan Knight sementara orangtuanya masuk ke menara kembar Petronas. Ia yakin bahwa orangtuanya masih ada di menara itu.

Tugas keduaku menyelamatkan ratusan penduduk Thailand yang bersembunyi di ruang bawah tanah The Grand Palace. The Grand Palace merupakan bangunan tua yang menyimpan banyak peninggalan sejarah. Ruang bawah tanahnya terdapat sebuah labirin aula dari kerajaan Thailand masa lalu.

Setibanya di ruang bawah tanah itu, pasukan kami disambut dengan hidangan Tom Yam dan Tod Man Pla. Kemampuan bertahan hidup penduduk Thailand sangat luar biasa bahkan di bawah tanah sekali pun. Mereka bahkan bisa menanam gandum dan padi dengan cara menggali sungai bawah tanah dan melubangi langit-langit sehingga cahaya matahari bisa masuk.

Di Kamboja, pasukan kami menyelamatkan banyak penduduk yang bersembunyi di bekas reruntuhan Angkor Wat. Angkor Wat merupakan kuil yang dibangun pada abad ke-12 dengan luas mencapai 400 kilometer persegi. Setelah dari Angkor Wat kami membagi tim, ada yang ke kuil Banteay Srey, Bayon, Angkor Thom, Ta Keo, dan Ta Phrom. Di pesawat, penduduk yang berhasil kami selamatkan membuatkan kami hidangan Lak Khmer dan Lok Lak.

Di Vietnam, kami menyelamatkan penduduk yang bersembunyi di bawah Chocolate Hills. Ada lebih dari 1000 bukit berwarna coklat di tempat itu. Di dalam masing-masing bukit itu ada bungker rahasia yang dibangun oleh pemerintah pada era perang Vietnam. Oleh penduduk Vietnam sendiri, Chocolate Hills dipercaya sebagai air mata kesedihan yang menumpuk dari raksasa yang ditinggal oleh kekasihnya. Sekarang mereka baru benar-benar bisa melihat betapa mengerikannya monster raksasa itu.

“Tugas terakhir kalian adalah menyelamatkan penduduk Indonesia di pulau Bali. Banyak penduduk yang menyelamatkan diri ke Pura Luhur Lempuyangan. Pura Luhur Lempuyangan adalah lokasi wisata religi dan kawasan sakral umat Hindu. Lokasinya di Desa Tista, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.” Komandan Knight memberi kami intruksi setelah kami beristirahat selama dua hari.

“Ahh, aku jadi teringat Ayam Betutu dan Sate Lilit,” gumamku.

“Kau pernah ke sana?” tanya kopilotku saat kami take off.

“Ya. Dulu sebelum pindah ke Singapura dan sebelum orangtuaku meninggal, aku dan Kira pernah diajak liburan ke sana. Pura Luhur Lempuyangan yang berada di puncak bukit Bisbis itu difungsikan sebagai tempat suci untuk memuliakan dan memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam perwujudannya sebagai stana Hyang Gni atau Dewa Isawara. Lokasinya berada di atas gunung. Ada sekitar 1750 anak tangga yang harus dilewati untuk mencapainya. Mungkin karena itulah penduduk menyelamatkan diri ke tempat itu. Mungkin monster raksasa tidak mampu menjangkaunya,” jelasku padanya.

Di pasukan ini, aku masuk di federasi Earth dan bertemu dengan ketiga teman sekolahku saat di Singapura. Mereka ternyata juga telah menjadi pilot.

Tit tit tit

Suara sirine menggema seantero markas pasukan Knight suatu pagi.

“Semua pasukan Knight segera berkumpul! Monster Evan Type telah terdeteksi di Pusat Kota!” Semua pilot segera memasuki Mecha!” seru Komandan Knight dari radio.

“Hiro Aktsuki! Knight Infinix taking off!” seruku.

Tak berapa lama pesawatku pun mengudara. Di kejauhan, salah satu monster sudah memasuki wilayah militer. Monster itu adalah monster tipe A alias level terkuat. Menurut laporan tim identifikasi, monster itu memiliki shield yang tak terlihat.

Dari arah selatan, terlihat pasukan federasi Mars menuju arah yang sama. Mereka mempunyai kapten bernama Zak. Dia memiliki 3 pilot lusuh yang bernama Saji yang mengendalikan Portanova Kngiht, Saga yang mengendalikan Alto Knight, dan  Noir yang mengendarai Cielnova Knight.

Kami pun segera menyerang monster itu berama-sama. Suara peluru Mecha berdesing. Tiba-tiba monster itu mengeluarkan portal yang sangat besar. Portal itu menyedot semua benda yang ada di sekitarnya. Pesawat Mecha-ku mulai sulit dikendalikan. Dengan sigap, aku berusaha menjauhi portal itu. Tuas kendaliku mulai bergetar. Daya hisap portal itu sungguh luar biasa. Mecha-ku sedikit demi sedikit tertarik ke dalam portal itu.

Dan poop!

Kulihat sekelilingku berwarna putih. Samar-samar terdengar suara teriakan Kira. Suara yang selama ini kurindukan.

“Woi! Kak Hiro! Ayo, cepetan bangun! Aku sudah lapar. Katanya mau buat Ramen? Ayo cepetan!”

Seketika aku sadar dan berusaha melihat sekelilingku. Masih utuh dan masih pada tempatnya. Di depanku, Kira masih teriak-teriak tidak jelas. Aku langsung beranjak dan memeluknya.

Syukurlah. Ini semua hanya mimpi.

*Cerita ini merupakan tulisan siswa Cirro Cumulus School of Life Lebah Putih Salatiga dalam proyek menulis buku bertema petualangan pada tahun ajaran 2021-2022. Seluruh ide cerita dan gambar merupakan karya orisinil penulis. Pendampingan penulisan dan editing berkerjasama dengan komunitas lintasastra.

Raka Cahyo Marendra Pratama

Raka Cahyo Marendra Pratama

Hai nama saya Raka Cahyo Marendra Pratama atau bisa dipanggil Rak. Hobi saya merakit mainan. Saya suka tidur dan mager. Satu hal kebiasaan kalau nggak ada apa-apa yaitu diem haha..

Bagikan tulisan ini:

Kirim Naskahmu

Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai

TERPOPULER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Info

Copyright © 2022. All rights reserved.

error: Content is protected !!