Puisi-Puisi Pablo Neruda: (H.V.)

Art: guimtio.com

(H.V.)

Ini terjadi padaku terhadap beberapa orang yang datang

atas rekomendasi, aku mulai mengenalnya,

penumpang di kapal, kapal yang sama

di mana aku berlayar, dengan wajah lelah.

Aku ingin menghindarinya—meski tidak mungkin.

Jadi, aku mengatur diriku untuk melakukan hal yang benar:

Aku akan lebih ramah daripada hanya menyendiri

namun hanya karena wanita berdarah panasnya,

tinggi dan cantik, mekar, dan matanya!

Sekarang, dalam kisah sedih perjalanan ini

Aku melihat apa kesalahanku.

 

Kemurahan hatiku hanyalah kedaerahan.

 

Jiwa kikirnya tak menjadi lebih baik

dengan teman-teman ramahku, di kapal itu,

kurangnya kepercayaan pada dirinya sendiri semakin memburuk

seolah-olah ada yang pernah bisa meyakinkan

mereka yang tidak pernah percaya pada diri mereka sendiri

untuk tidak melukai diri mereka sendiri dalam perang

melawan bayangan mereka sendiri. Mereka seperti bagaimana mereka dilahirkan.

Bukan kesakitan, juga bukan tiadanya

kebesaran, bukan,

tidak ada yang bisa membunuh bagian terbaik dalam diri kita,

kebaikan itu, tuan yang terkasih, kami menderita pada:

indah adalah bunganya lelaki, perilakunya,

dan setiap pintu terbuka pada kebenaran yang indah

dan tidak pernah menyembunyikan bisikan yang berbahaya.

 

Aku selalu mendapatkan sesuatu setelah membuat diriku lebih baik,

lebih baik dari diriku, lebih baik dari aku dulu,

kutipan paling bijak itu:

untuk memulihkan beberapa kelopak yang hilang

dari kesedihan yang aku warisi:

untuk mencari sekali lagi cahaya yang bernyanyi

dalam diriku, cahaya yang tak tergoyahkan.

Ya, kamerad, ini adalah jam taman

dan jam pertempuran, setiap hari

mengalir dari bunga-bunga atau darah:

usia kita mengikat kita, terikat

untuk menyirami melati

atau untuk mati kehabisan darah di jalan yang gelap:

kebajikan atau kesedihan berserakan sendiri

melintasi wilayah-wilayah dingin, melewati bara api

dan tidak ada pilihan lain:

jalan-jalan langit

pernah bepergian sebagian besar oleh orang-orang kudus

yang sekarang penuh dengan para ahli.

 

Kuda-kuda sudah menghilang.

 

Para pahlawan berlarian berpakaian seperti kodok,

dan cermin menjalani kehidupan yang kosong

karena pesta selalu ada di tempat lain,

suatu tempat di mana kita tidak diundang

dan ada perkelahian di ambang pintu.

 

Itulah sebabnya ini adalah panggilan terakhir,

dering lonceng tulusku

yang kesepuluh:

kepada taman, kawan, kepada bunga bakung putih,

kepada pohon apel, kepada anyelir yang keras kepala,

kepada aroma bunga jeruk,

dan kepada tugas perang.

 

Kurus adalah negara kita

dan di ujung pisau-pisau telanjang

benderanya yang halus terbakar.

Setelah matahari terbit berapa banyak hal

yang dibutuhkan untuk mempertahankan hari ini?

Cahaya mematikan, sinar keemasan melintasi daratan,

kunang-kunang sentrifugal,

tetes bulan, lepuhan, aksioma,

semua materi tumpang tindih

seiring berjalannya waktu: kesedihan, keberadaan,

hak dan kewajiban:

tidak ada yang sama sementara hari menggerogoti

cahayanya yang jernih dan terus tumbuh

dan kemudian kehilangan kekuatannya.

Jam demi jam, satu sendok

asam jatuh dari langit,

karena hari ini jatuh dari hari,

dari harinya hari ini.

Pelabuhan, pelabuhan Valparaiso ini

berpakaian buruk di bumi

telah berbicara kepadaku: ia tak tahu bagaimana cara berlayar:

bagaimana menahan serangan,

badai, gempa bumi,

gelombang laut,

semua kekuatan memukul

di hidungnya yang patah.

 

Valparaiso, anjing malang

menggonggong di bukit,

mereka menyerangnya: kaki-kaki

bumi

dan tangan-tangan laut.

Pelabuhan, pelabuhan ini tidak dapat berlayar

untuk tujuan jauh yang tidak diketahui

dan melolong

sendiri

seperti kereta musim dingin

menuju kesendirian,

menuju laut yang tak tergoyahkan.

Semua orang bertanya kepadaku ketika aku pergi,

ketika aku akan pergi. Kelihatannya

salah satu dari kami diam-diam menyegel

kontrak yang mengerikan:

Aku harus pergi dengan cara apa pun yang aku bisa ke tempat lain

meski aku tidak ingin pergi ke mana-mana.

 

Teman-temanku, aku tidak pergi,

Aku dari Iquique,

Aku dari tanaman merambat hitam Parral,

dari air Temuco,

dari daratan yang kurus,

Inilah aku dan aku di sini.

*Dari buku puisi Pablo Neruda berjudul El mar y las campanas yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Sea and the Bells oleh William O’daly 1988, 2002: Copper Canyon Press.

Tentang Pablo Neruda

Pablo Neruda (12 Juli 1904 - 23 September 1973), dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol terbesar pada abad ke-20. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi surealis, epos sejarah, hingga politik. Gabriel García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apa pun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.

Tentang Penerjemah

Kala Lail. Lahir 1996. Tinggal di Kab. Semarang Jawa Tengah. Mendirikan dan bergiat di Komunitas Lintasastra Salatiga. Menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

Bagikan tulisan ini:

Kirim Naskahmu

Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai

TERPOPULER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Info

Copyright © 2022. All rights reserved.

error: Content is protected !!