Lokasi
Salatiga, Jawa Tengah
Hub Kami
+62 851 5645 7536
Salatiga, Jawa Tengah
+62 851 5645 7536
Art: guimtio.com
Ini terjadi padaku terhadap beberapa orang yang datang
atas rekomendasi, aku mulai mengenalnya,
penumpang di kapal, kapal yang sama
di mana aku berlayar, dengan wajah lelah.
Aku ingin menghindarinya—meski tidak mungkin.
Jadi, aku mengatur diriku untuk melakukan hal yang benar:
Aku akan lebih ramah daripada hanya menyendiri
namun hanya karena wanita berdarah panasnya,
tinggi dan cantik, mekar, dan matanya!
Sekarang, dalam kisah sedih perjalanan ini
Aku melihat apa kesalahanku.
Kemurahan hatiku hanyalah kedaerahan.
Jiwa kikirnya tak menjadi lebih baik
dengan teman-teman ramahku, di kapal itu,
kurangnya kepercayaan pada dirinya sendiri semakin memburuk
seolah-olah ada yang pernah bisa meyakinkan
mereka yang tidak pernah percaya pada diri mereka sendiri
untuk tidak melukai diri mereka sendiri dalam perang
melawan bayangan mereka sendiri. Mereka seperti bagaimana mereka dilahirkan.
Bukan kesakitan, juga bukan tiadanya
kebesaran, bukan,
tidak ada yang bisa membunuh bagian terbaik dalam diri kita,
kebaikan itu, tuan yang terkasih, kami menderita pada:
indah adalah bunganya lelaki, perilakunya,
dan setiap pintu terbuka pada kebenaran yang indah
dan tidak pernah menyembunyikan bisikan yang berbahaya.
Aku selalu mendapatkan sesuatu setelah membuat diriku lebih baik,
lebih baik dari diriku, lebih baik dari aku dulu,
kutipan paling bijak itu:
untuk memulihkan beberapa kelopak yang hilang
dari kesedihan yang aku warisi:
untuk mencari sekali lagi cahaya yang bernyanyi
dalam diriku, cahaya yang tak tergoyahkan.
Ya, kamerad, ini adalah jam taman
dan jam pertempuran, setiap hari
mengalir dari bunga-bunga atau darah:
usia kita mengikat kita, terikat
untuk menyirami melati
atau untuk mati kehabisan darah di jalan yang gelap:
kebajikan atau kesedihan berserakan sendiri
melintasi wilayah-wilayah dingin, melewati bara api
dan tidak ada pilihan lain:
jalan-jalan langit
pernah bepergian sebagian besar oleh orang-orang kudus
yang sekarang penuh dengan para ahli.
Kuda-kuda sudah menghilang.
Para pahlawan berlarian berpakaian seperti kodok,
dan cermin menjalani kehidupan yang kosong
karena pesta selalu ada di tempat lain,
suatu tempat di mana kita tidak diundang
dan ada perkelahian di ambang pintu.
Itulah sebabnya ini adalah panggilan terakhir,
dering lonceng tulusku
yang kesepuluh:
kepada taman, kawan, kepada bunga bakung putih,
kepada pohon apel, kepada anyelir yang keras kepala,
kepada aroma bunga jeruk,
dan kepada tugas perang.
Kurus adalah negara kita
dan di ujung pisau-pisau telanjang
benderanya yang halus terbakar.
Setelah matahari terbit berapa banyak hal
yang dibutuhkan untuk mempertahankan hari ini?
Cahaya mematikan, sinar keemasan melintasi daratan,
kunang-kunang sentrifugal,
tetes bulan, lepuhan, aksioma,
semua materi tumpang tindih
seiring berjalannya waktu: kesedihan, keberadaan,
hak dan kewajiban:
tidak ada yang sama sementara hari menggerogoti
cahayanya yang jernih dan terus tumbuh
dan kemudian kehilangan kekuatannya.
Jam demi jam, satu sendok
asam jatuh dari langit,
karena hari ini jatuh dari hari,
dari harinya hari ini.
Pelabuhan, pelabuhan Valparaiso ini
berpakaian buruk di bumi
telah berbicara kepadaku: ia tak tahu bagaimana cara berlayar:
bagaimana menahan serangan,
badai, gempa bumi,
gelombang laut,
semua kekuatan memukul
di hidungnya yang patah.
Valparaiso, anjing malang
menggonggong di bukit,
mereka menyerangnya: kaki-kaki
bumi
dan tangan-tangan laut.
Pelabuhan, pelabuhan ini tidak dapat berlayar
untuk tujuan jauh yang tidak diketahui
dan melolong
sendiri
seperti kereta musim dingin
menuju kesendirian,
menuju laut yang tak tergoyahkan.
Semua orang bertanya kepadaku ketika aku pergi,
ketika aku akan pergi. Kelihatannya
salah satu dari kami diam-diam menyegel
kontrak yang mengerikan:
Aku harus pergi dengan cara apa pun yang aku bisa ke tempat lain
meski aku tidak ingin pergi ke mana-mana.
Teman-temanku, aku tidak pergi,
Aku dari Iquique,
Aku dari tanaman merambat hitam Parral,
dari air Temuco,
dari daratan yang kurus,
Inilah aku dan aku di sini.
*Dari buku puisi Pablo Neruda berjudul El mar y las campanas yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Sea and the Bells oleh William O’daly 1988, 2002: Copper Canyon Press.
Pablo Neruda (12 Juli 1904 - 23 September 1973), dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol terbesar pada abad ke-20. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi surealis, epos sejarah, hingga politik. Gabriel García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apa pun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.
Kala Lail. Lahir 1996. Tinggal di Kab. Semarang Jawa Tengah. Mendirikan dan bergiat di Komunitas Lintasastra Salatiga. Menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
Bagikan tulisan ini:
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Copyright © 2022. All rights reserved.