Lokasi
Salatiga, Jawa Tengah
Hub Kami
+62 851 5645 7536
Salatiga, Jawa Tengah
+62 851 5645 7536
Art: Owen Gent
Kebenaran tentang pohon hijau
di musim semi dan kerak bumi
terbukti:
planet-planet memelihara kita
meski banyak erupsi
dan laut memberi kita ikan
meski gelombang pasang:
kita adalah budak bumi
sekaligus pengasuh udara.
Berjalan di sekitar pohon jeruk
aku menghabiskan lebih dari satu kehidupan
menggemakan bola bumi:
geografi dan ambrosia:
memperindah warna eceng gondok
dan aroma putih wanita
seperti bunga-bunga tepung.
Tak ada yang bisa diperoleh dengan terbang
melarikan diri dari dunia ini
yang menjebakmu saat lahir.
Dan kita perlu mengakui harapan kita
bahwa pengertian dan cinta itu
datang dari bawah, memanjat
dan tumbuh di dalam diri kita
seperti bawang, seperti pohon ek,
seperti kura-kura atau bunga,
seperti negara, seperti ras,
seperti jalan dan tujuan.
Sesekali, aku senang!,
kukatakan di depan orang bijak
yang tak bersemangat memeriksaku
dan menunjukkan kekurangan-kekuranganku.
Mungkin aku tidak akan pernah menemukan keselamatan
untuk gigiku yang berantakan,
tiap helai rambut di kepalaku
rontok dan jatuh:
lebih baik tidak membuat
masalah dengan lubang trakeaku:
sungai-sungai di hatiku,
penuh dengan peringatan
seperti liverku yang suram
yang tidak berfungsi sebagai pelindungku
atau konspirasi ginjal ini.
Dengan prostatku yang sedih
dan desakan tiba-tiba dari uretraku,
semuanya perlahan menuntunku
pada diagnosis akhir.
Menatap mata bijak itu
aku memutuskan untuk tidak menyerah
dan menunjukkan kepadanya bahwa aku bisa melihat,
menyentuh, mendengar dan bertahan
pada kesempatan berikutnya.
Ia meninggalkan sebuah kesenangan padaku
tentang dicintai dan mencintai:
aku akan mencari satu cinta atau yang lainnya
selama sebulan atau seminggu
atau sampai hari-hari berikutnya hingga hari terakhir.
Orang yang bijaksana dan menghina itu
melihatku dengan ketidakpedulian
unta pada bulan
dan memutuskan dengan harga dirinya
untuk melupakan seluruh tubuhku.
Sejak itu aku tidak pernah yakin
apakah aku harus menuruti
diagnosa kematiannya
atau haruskah aku merasa baik-baik saja
sebagimana tubuhku memberitahuku.
Dan dalam keraguan ini, aku tidak tahu
apakah harus serius bermeditasi
atau memberi makan diriku bunga anyelir.
Anda harus mengendalikan diri, tuan,
teman, Anda harus mengendalikan diri,
mereka menasihatiku satu per satu,
mereka menasihatiku sedikit demi sedikit,
mereka menasihatiku berulang kali,
hingga aku lupa diri
dan aku selalu lupa diri sepanjang waktu,
aku lupa diriku setiap hari
hingga aku tidak ragu menjadi
mengerikan dan melampaui batas,
melampaui batas dari segalanya,
tidak dapat diterima dan melampaui batas,
kebahagiaan yang tak terkendali
dalam pemberontakan berlebihanku.
Saat berada di sungai yang dapat dilayari
aku berlayar seperti angsa,
menempatkan tongkangku dalam bahaya,
dan membikin ombak yang sangat besar
dengan sajak badaiku,
kita semua jatuh ke dalam air.
Di sana ikan mengamatiku
dengan dingin, mata mencela,
sementara udang karang tajam
mengancam pantat kita.
Sekali lagi, menghadiri pemakaman yang panjang
dan tak berujung,
di antara pidato mematikan
aku tetap tidur di makam
dan di sana dengan kelalaian yang besar
mereka menutupiku dengan tanah, mereka menguburku:
selama hari-hari yang gelap itu
Aku memberi makan diriku dengan karangan bunga
dari krisan busuk.
Dan ketika aku dihidupkan kembali,
tak ada yang memperhatikan.
Aku memiliki petualangan yang luar biasa
bersama seorang wanita cantik.
Batu Mulia, begitu kami memanggilnya
ia tampak seperti buah ceri,
sketsa hati,
kotak kristal kecil.
Ketika ia melihatku, tentu saja
ia terpikat pada hidungku,
ia mencurahkan belaian lembutnya
dan ciuman-ciuman surgawi kecilnya.
Lalu aku melepas
dorongan naluriku yang tak tertahankan
dan kesombongan yang tak pernah terpuaskan
yang membawaku pada begitu banyak kesalahan:
aku berjuang membuka gulungan
hidungku sampai berubah
menjadi belalai gajah.
Dengan sulap fana
aku menggunakan kepiawaianku pada tingkat tertentu
hingga aku mampu mengangkat Batu Mulia
ke atas cabang-cabang pohon ceri.
Wanita itu menolak
penghargaan kolosalku
dan tidak pernah turun dari cabang:
ia meninggalkanku. Setelah itu aku tahu
bahwa sedikit demi sedikit, pada waktunya,
ia berubah menjadi ceri.
Tak ada obat untuk penyakit ini
yang membuatku begitu bahagia
dan sangat puas:
harga diri tak pernah membawa kita ke mana-mana,
tetapi biarkan kebenaran diucapkan:
kita tidak bisa hidup tanpanya.
Aku mencintaimu, aku mencintaimu, adalah laguku
dan di sinilah kekonyolanku dimulai.
Aku mencintaimu, aku mencintaimu paru-paruku,
Aku mencintaimu, aku mencintaimu buah anggur liarku,
dan jika cinta itu seperti anggur:
kau adalah kesukaanku
dari tanganmu sampai kakimu:
kau adalah gelas anggur baka
dan botol takdirku.
Aku mencintaimu depan dan belakang,
dan aku tidak memiliki nada atau timbre
untuk menyanyikan laguku untukmu,
laguku yang abadi.
Dengan biolaku yang berbunyi sumbang
biolaku menyatakan,
aku mencintaimu, aku mencintaimu bass gandaku,
wanita manisku, gelap dan terang,
hatiku, gigiku,
cahayaku dan sendokku,
garamku dari minggu yang redup,
bulan jendelaku yang jernih.
Begitu banyak yang terjadi dalam keriuhan,
begitu banyak lonceng terdengar berdenting
kapan pun mereka mencintai atau menemukan
atau ketika mereka saling menghias
yang tak kupercayai hiruk-pikuknya
dan kedatangannya untuk tinggal, berdiri
di tempat sunyi ini.
Saat buah plum jatuh,
ketika gelombang pingsan,
saat gadis emas muda berguling
di atas lembutnya pasir,
atau ketika berturut-turut
burung besar membimbingku−
dalam penjelajahanku yang sunyi,
tidak berdering atau melolong atau mengguntur,
atau berbisik atau bergumam:
inilah mengapa aku hidup
dalam musik keheningan.
Udara masih sunyi,
mobil tergelincir
di atas bola kapas yang tidak terlihat
dan kerumunan politisi
dengan gaya bersarung tangan
terjadi di belahan bumi
di mana tak ada lalat yang berdengung.
Wanita paling fitnah
tenggelam di kolam batu
atau berlayar seperti angsa,
seperti awan di langit,
dan kereta musim panas bergulir
penuh buah-buahan dan mulut-mulut
tanpa peluit atau roda
yang berderit, seperti angin topan
yang dirantai supaya tenang.
Bulan-bulan seperti tirai,
seperti karpet yang tenang:
di sini musim menari
sampai patung musim dingin yang tidak bergerak
tertidur di aula.
*Dari buku puisi Pablo Neruda berjudul El corazón Amarillo yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Yellow Heart oleh William O’daly 1990: Copper Canyon Press.
Pablo Neruda (12 Juli 1904 - 23 September 1973), dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol terbesar pada abad ke-20. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi surealis, epos sejarah, hingga politik. Gabriel García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apapun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.
Kala Lail. Lahir 1996. Tinggal di Kab. Semarang Jawa Tengah. Mendirikan dan bergiat di Komunitas Lintasastra Salatiga. Menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
Bagikan tulisan ini:
Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai
Copyright © 2022. All rights reserved.