Puisi-Puisi Pablo Neruda: Teka-Teki untuk Orang-Orang yang Gelisah dan Ayam Hieroglif

TEKA-TEKI UNTUK ORANG-ORANG YANG GELISAH

 

Untuk hari-hari dalam setahun yang akan datang

akan kutemukan jam yang berbeda:

satu jam riam rambut,

satu jam yang tak akan pernah berlalu:

seolah-olah waktu telah hancur di sana

dan sedang membuka jendela: sebuah lubang

untuk meluncurkan kita menuju kedalaman.

 

Nah, hari itu, hari yang berisi jam yang

akan tiba dan meninggalkan segalanya yang telah berubah:

kita tidak akan tahu apakah kemarin telah berlalu

atau apa yang kembali adalah apa yang tidak pernah terjadi.

 

Ketika satu jam jatuh ke tanah dari jam itu

dan tidak ada yang mengambilnya,

dan akhirnya kita mengikat waktu,

O! kita akhirnya akan tahu di mana takdir kita

dimulai dan berakhir

karena pada bagian yang mati atau padam

kita akan melihat apa yang menyusun jam-jam

sejelas kita melihat kaki serangga.

 

Dan kita akan memiliki kekuatan setan:

untuk memutar kembali atau mempercepat jam:

untuk tiba tepat pada saat lahir atau mati

seperti mesin yang dicuri dari yang tak terbatas.

AYAM HIEROGLIF

 

Begitu kacaunya temanku

sehingga ia tak tahan dengan senja.

Ia merasakan kedekatan bayangan

seperti luka fisik,

pertanyaan penting pada hari itu.

 

Temanku yang malang meski pewaris

harta duniawi,

ia mampu mengubah musim,

mencari negari salju

atau pohon palem Sumatera:

tapi, bagaimana menghindari

senja yang tak terhindarkan?

 

Ia mencoba pil tidur berwarna hijau

dan minuman keras,

ia berenang di busa bir,

ia memanggil dokter, membaca

buku farmakope dan almanak:

pada saat itu ia memilih cinta,

tapi semuanya terbukti sia-sia:

jantungnya hampir berhenti

atau berdetak terlalu cepat

ketika melawan

kedatangan senja yang mematikan

setiap hari.

 

Di belakangnya, temanku yang mati rasa

menyeret kehidupan yang memalukan.

Bersama C.B. kami pergi bersamanya

ke sebuah restoran di Paris

pada jam pertemuan itu

untuk melihat datangnya malam.

Teman kami yakin ia akan menemukan

hieroglif yang meresahkan

dalam hidangan yang mereka tawarkan kepadanya.

Dan segera setelah itu, dengan marah,

ia melemparkan ayam hieroglif

ke kepala restoran

maitre d’hotel yang ramah.

Saat senja menutup

seperti kipas surgawi

di atas menara Paris,

saus mengalir ke mata

pelayan yang bingung.

 

Malam tiba dan hari lain

dan tentang teman kita yang tersiksa,

apa yang harus dilakukan? Penghilangan gelap turun

seperti senja yang kelam.

 

C.B. mengingat cerita ini

dalam surat yang aku simpan.

PAGI BERSAMA UDARA

Seorang pria menjadi tawanan

dari udara terbuka pada pertengahan

pagi seperti bola kaca.

Apa yang bisa ia pahami atau ketahui?

jika ia tertangkap seperti ikan

di antara ruang dan keheningan,

jika semak-semak tak bersalah

menyembunyikan lalat jahat darinya?

 

Ini adalah tugasku sebagai seorang imam,

sebagai ahli geografi yang menyesal,

sebagai seorang naturalis yang tertipu,

untuk membuka mata musafir:

 

Aku berhenti di tengah jalan

dan menghentikan sepedanya:

 

Apakah kau lupa, aku bertanya padanya, penjahat,

orang bodoh yang penuh dengan oksigen,

daerah kumuh kemalangan

dan sudut-sudut yang dipermalukan?

 

Kau mengabaikannya, di sana dengan belati,

di sini dengan gada dan batu yang dilempar,

lebih jauh di sana dengan pistol hitam

dan di Chicago dengan garpu

hama dibunuh,

merpati terkoyak

dan semangka dipotong lehernya?

 

Malu dengan oksigen,

Aku memberi tahu musafir yang terkejut,

tak ada yang berhak menyerahkan nyawanya

untuk satu kejelasan yang tunggal.

 

Kita harus memasuki rumah yang gelap,

lorong kematian,

untuk menyentuh darah dan teror,

untuk berbagi kejahatan yang mengerikan.

 

Pengembara itu memakuku

dengan kedua matanya yang bingung

dan ia pergi menjauh di bawah sinar matahari

tanpa menanggapi atau memahami.

 

Dan ia meninggalkanku—aku yang malang—

berbicara pada diriku sendiri di jalan.

WAKTU YANG TIDAK HILANG

Seseorang tidak menghitung ilusi

atau realisasi pahit,

tak ada ukuran untuk menghitung

apa yang tidak bisa terjadi pada kita,

apa yang berputar-putar seperti lebah,

tanpa kita sadari

apa yang hilang dari kita.

 

Kehilangan sampai kita kehilangan hidup kita

adalah menjalani hidup dan mati kita,

dan tak ada yang melewatinya

yang tidak memberikan bukti yang konstan

dari kekosongan yang terus menerus dari semua,

keheningan di mana semuanya jatuh

dan akhirnya kita jatuh.

 

O! apa yang begitu dekat

tanpa kita sadari.

O! apa yang tidak mungkin

apabila mungkin itu bisa terjadi.

 

Begitu banyak sayap terbang di sekitar

gunung kesedihan

dan begitu banyak roda yang mengguncang

jalan raya takdir kita,

sehingga tak ada yang tersisa untuk disesali.

 

Dan tangisan kami pun berakhir.

HAL LAINNYA

Sangat sedikit yang terjadi padaku

yang harus kuhitung dan kuceritakan.

Tak ada yang memberiku asphodel

dan tak ada yang membuatku menghela napas.

Karena aku tiba di persimpangan jalan

dari tujuan yang rumit,

saat detak jam memudar

dan langit berjatuhan melintasi langit

sampai hari kematian

mengajak bulan jalan-jalan.

 

Berapa lama keindahan ekuinoks

menguraikan dirinya sendiri,

berubah dari hijau menjadi bulat,

dari gelombang laut hingga air terjun,

dari matahari yang agung hingga bulan putih,

dari tempat terpencil hingga ibu kota,

tanpa mengubah persamaan

dari dunia di mana tak ada yang terjadi.

 

Tak ada yang terjadi kecuali satu hari

sebagai siswa teladan

duduk dengan penghargaannya

di penghujung hari kemenangan lainnya,

sampai paduan suara mingguan

berubah menjadi cincin

yang bahkan tidak diubah oleh malam

karena ia datang sebagai permata,

luar biasa seperti biasanya.

 

Mari kita lihat apakah mereka bisa menjaring ikan gila

yang memanjat seperti platipus

di sepanjang dinding rumahku

dan menghancurkan harmoni baru

yang menghantui dan menyiksaku.

*Dari buku puisi Pablo Neruda berjudul El corazón Amarillo yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi The Yellow Heart oleh William O’daly 1990: Copper Canyon Press.

Tentang Pablo Neruda

Pablo Neruda (12 Juli 1904 - 23 September 1973), dianggap sebagai salah satu penyair berbahasa Spanyol terbesar pada abad ke-20. Tulisan-tulisannya merentang dari puisi-puisi cinta yang erotik, puisi-puisi surealis, epos sejarah, hingga politik. Gabriel García Márquez menyebutnya "penyair terbesar abad ke-20 dalam bahasa apapun". Pada 1971, Neruda dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra.

Tentang Penerjemah

Kala Lail. Lahir 1996. Tinggal di Kab. Semarang Jawa Tengah. Mendirikan dan bergiat di Komunitas Lintasastra Salatiga. Menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

Bagikan tulisan ini:

Kirim Naskahmu

Kami menerima naskah cerpen, puisi, cerita anak, opini, artikel, resensi buku, dan esai

TERPOPULER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contact Info

Copyright © 2022. All rights reserved.

error: Content is protected !!